masih di solow

masih di solow
mbah slamet riyadi

road to solow

road to solow
spirit yg masih lekat

by paparazi amatir

by paparazi amatir
pilih dan hadapi!!

arsitek peradaban, semoga itu adalah kita

bergerak tuntaskan perubahan dengan semangat kekeluargaan, ukhuwah..

Sosialisasi danTingkat Partisipasi Politik Pada Pemilu 2009


Pemilu tinggal hitungan hari. Kurang dari seratus hari lagi bangsa ini akan menghadapi pesta demokrasi. Semua aspek kebutuhan untuk terselenggaranya pemilihan umum yang berkualitas secara bertahap disiapkan, termasuk di dalamnya adalah proses soialisasi.

Kalau kemudian kita lihat di jalan-jalan, tempat umum, atau tempat strategis lainnya, banyak terpasang gambar para caleg dan partai politik. Hal ini selain merupakan bentuk sosialisasi, juga merupakan cara untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Di Solo sendiri, pemasangan spanduk keseluruhan parpol bisa kita saksikan di bundaran monument pers.

Layaknya sebuah pesta, pasti menjadi sesuatu yang dinanti dan sangat diharapkan. Namun, kelihatannya hal tersebut belum terjadi pada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Sosialisasi yang minim mengancam kualitas Pemilu 2009. Bahkan, sampai saat ini Pemilu hanya menjadi konsumsi sebagian elite masyarakat kita. Lalu bagaimana sosialisasi bagi mereka yang ada di pedalaman? Sudahkah dilaksanakan secara efektif? Bagaimana juga dengan hak pilih warga Indonesia yang ada di luar negeri? Sudahkah dipersiapkan dengan matang?

Keribetan pemerintah dalam mempersiapkan UU Pemilu yang memakan waktu cukup lama agaknya juga berpengaruh pada proses sosialisasi. Bagaimana pihak yang akan mensosialisasikan (KPU/KPUD) bisa bergerak, jika dari atas sendiri masih belum ada kebijakan. Belum lagi jika ada kebijakan yang harus dirubah, misalnya saja dari keputusan mencoblos menjadi mencontreng.

Sosialisasi yang memprihatinkan

Selain itu, sosialisasi juga masih dinilai membingungkan. Terutama berkaitan dengan bagaimana menyosialisasikan pemberian tanda dalam surat suara. Perubahan teknik dari mencontreng satu kali pada gambar partai yang dipilih menjadi mencontreng pada gambar caleg yang dipilih membuat KPU perlu melakukan sosialisasi lanjutan. Hal ini seperti terjadi pada KPU Jawa Barat yang sudah melakukan sosialisasi mencontreng satu kali pada gambar partai hingga tingkat kecamatan.

Yang kemudian menjadi keprihatinan, ternyata sosialisasi tersebut hanya massif dilakukan oleh para aktor dari caleg atau parpol. Parpol atau caleg pun lebih mengajak untuk tidak golput pada caleg atau parpol tersebut, tapi silahkan golput untuk caleg atau parpol yang lain. Untuk KPU sendiri masih sangat lemah dalam mewacanakan terkait Pemilu 2009. Ada banyak hal yang melatarbelakangi belum maksimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak KPU. Salah satunya adalah masalah anggaran dana. Setiap KPUD di seluruh daerah di Indonesia ternyata hanya mendapatkan dana sosialisasi senilai empat juta rupiah. Maka, ketika sebuah lembaga kemahasiswaan datang ke KPUD Solo untuk mengajak kerjasama terkait pendidikan politik kepada pemilih pemula, pihak KPUD pun menolak dengan alasan tidak ada anggaran dana. Bahkan, pihak KPUD Solo pun menyatakan selama kinerjanya yang sudah beberapa bulan ini pun belum mendapatkan gaji. Di Solo sendiri, tidak ada anggaran dari APBD untuk pemilu 2009. Selain anggaran, birokrasi yang berbelit juga menjadi hambatan tersendiri. Setiap hal yang akan dilakukan oleh KPUD -termasuk kegiatan sosialisasi- harus mendapatkan ijin dari KPU Pusat dan diketahui oleh pihak KPK.

Pendidikan politik pengaruhi tingkat partisipasi

Merujuk payung hukum bagi terselenggaranya pemilu 2009, UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Tujuan dan Fungsi) dan UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum ( Hak Memilih) pelaksanaan pemilihan memberikan ruang bagi terselenggaranya hak pendidikan politik bagi setiap warga negara. Optimalnya agenda pendidikan politik akan berdampak pada berkualitas proses, pelaksanaan, maupun hasil akhir dari mekanisme pemilu yang secara reguler kita laksanakan. Karena itu pulalah, pendidikan politik akan berbanding linear dengan fakta partisipasi politik yang ada.

Dan bila mengacu fakta partisipasi politik sebelumnya, dalam pemilu legislatif 2004, yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput) mencapai 23,53 juta (15,9 %) dari total jumlah 148 juta pemilih yang terdaftar. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pemilu legislatif 1999 dimana pemilih yang tidak datang mencapai 7,88 juta (6,7%) dari 117,73 juta pemilih terdaftar. Untuk itu, pemilu 2009 menjadi tantangan sekaligus melahirkan tuntutan untuk bekerja lebih keras bagi setiap pihak yang percaya akan pelaksanaan proses demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia.

Sosialisasi menjadi tanggungjawab bersama

Suksesnya Pemilu 2009 menjadi beban kolektif dari semua komponen negeri ini. Birokrasi, non government organization, parpol, dan akademisi, menjadi bagian penting dari kesiapan dan kesuksesan atas pelaksanaan hajat politik tersebut. Untuk itu tuntutan atas peran aktif semua pihak menjadi sebuah keharusan dan kesadaran.

Sosialisasipun menjadi hal yang harus diusung oleh semua elemen masyarakat yang sadar akan pentingnya Pemilu. Jika memang tangan pemerintah tidak mampu menjangkau semua elemen masyarakat yang ada, maka hendaknya sikap nasionalisme mampu menggerakkan elemen masyarakat yang sadar untuk turut andil dalam mensosialisasikan pemilu meskipun non profit. Sebab keberlangsungan Pemilu bukan hitungan matematis untung rugi, tapi lebih pada proses pembelajaran kepada masyarakat akan arti penting dari sebuah demokrasi. Ikut sertanya masyarakat dalam Pemilu tentunya juga menunjukkan bahwa mereka tidak apatis, masih peduli, dan berjiwa nasionalis. Harapannya masyarakat masih sadar bahwa Indonesia yang terpuruk ini butuh perbaikan, butuh pemerintah yang bermoral, dan itu semua bisa didapatkan lewat Pemilu.

Penulis adalah:

Ulfah Hidayati ( NIM : D0206103), mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS Surakarta, semester V.

Saat ini penulis aktif sebagai penggiat BEM FISIP UNS.

Mahasiswa asal desa Singkil Wetan, Ngombol, Purworejo , Jawa Tengah ini berdomisili di Jl. Surya 3, Jebres, Solo.

Daftar Blog Saya

Pilih Jalanmu!!

Kehidupan adalah pencarian makna sejati. ‘Dengan siapa’ dan ‘kapan’ terkadang tidaklah penting. ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ jauh lebih penting. “ he who was a ‘why’ to live for, can bear almost any ‘how’..”, dia yang memiliki ‘mengapa’ untuk hidup, pasti bisa menghadapi hampir semua ‘bagaimana’.

Saat tersadar bahwa hidup ini harus memilih, ‘life is a choice’, aku sulit memutuskannya. Toh setiap pilihan juga ada resikonya masing-masing. Pilih pilihanmu dan hadapi resiko pilihanmu. Tul nggak? Di awali dari kebingungan, terombang-ambing ke sana kemari, sampai akhirnya terlabuh pada sebuah dermaga. Ini bukan dermaga pemberhentian. Tapi titik pemberangkatan dalam mengarungi samudera kehidupan. Teruslah mengarungi lautan dakwah ini meski terpaan badai dan sambaran petir menggoda nyalimu. Semoga pilihan untuk terus membersamai keimanan menjadi nikmat yang terus tercercap dalam jiwa kita.

Nge Blog

prenz

ulfah, what'us up??

Purworejo-Solo, pake prameks, midle java, Indonesia
sederhana saja. masih belajar untuk memahami orang lain&beradaptasi dengan pilihan2 baruku. toh, semua pilihan ada resikonya. eh, sdg smgt bt belajar banyak hal, biar g lemot, g gaptek, g kuper, n bla3x. hrs sgr up grade diri. akselerasi jg ceritane. smgt yow!!

File2, document2 gtu

Sabtu, 27 Desember 2008

semangat pagi!!!

langit biru berpadu bersama udara segar, dan hangatnya mentari. Segar...melegakan..Lantas, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan??